Sabtu, 02 Mei 2009

 

MEMERANGI KEMISKINAN DAN KEBODOHAN



Persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini begitu kompleks dan membutuhkan perhatian yang serius. Berbagai perspektif dikemukakan oleh para ahli dan praktisi. Pakar hukum dengan logika hukumnya menawarkan konsep supremasi dan penegakan hukum, sementara itu pakar ekonomi dengan logika ekonominya pun mencoba menjawab bahwa permasalahan yang dihadapi bangsa ini hanya bisa diatasi jika dilakukan pembenahan sektor ekonomi melalui pembangunan sektor riil yang berpihak pada masyarakat ekonomi lemah. Pandangan-pandangan ini sesungguhnya tidakIah salah. Hanya saja kita perlu berkaca diri mencari titik lemah dari bangsa tercinta ini dan belajar dari kemajuan negara-negara lain.

Salah satu masalah yang krusial yang dihadapi bangsa ini adalah realitas kemiskinan dan kebodohan. Kedua realitas ini (kemiskinan dan kebodohan) nampaknya tidak bisa dipisahkan karena keduanya memiliki keterkaitan yang sangat kuat. Sejarah telah banyak memberi kita bukti bagaimana sebuah kebodohan berujung pada kemiskinan. Dalam Islam sendiri banyak sekali ayat Al-Quran, Hadis, dan syair-syair Arab yang berbicara mengenai keutamaan orang yang berilmu dan korelasi antara kebodohan dan kemiskinan.

Karena itulah penanaman nilai-nilai pendidikan dan pentingnya ilmu pengetahuan perlu dimulai sejak dini. Pengenalan tentang hak dan kewajiban seorang anak terhadap ibu dan bapaknya merupakan salah satu contoh bagaimana kita mendidik dan membimbing anak kita menghargai tugas dan kewajibannya. Islam mengatur bahwa pendidikan sesungguhnya tidak dimulai ketika anak menginjak usia sekolah. Anak sudah harus dididik dan dibina sejak mereka masih dalam kandungan sang Ibu.

Sekolah hanyalah merupakan salah satu rangkaian dari keseluruhan aktivitas pendidikan. Intinya pendidikan dalam Islam tidak mengenal batasan waktu dan ruang. Pendidikan harus terus berjalan walau di luar jam sekolah. Ini semua bergantung kepada bagaimana kita mengemas dan memaknai arti pendidikan itu sendiri.

Memerangi kemiskinan dan kebodohan sungguhlah tidak mudah dilakukan, karena hal ini juga terkait dengan berbagai sektor dan membutuhkan keterlibatan dan kepedulian seluruh komponen bangsa. Karena itulah Islam menawarkan tiga solusi utama :

Ilmu

Pengertian ilmu di sini sangatlah luas, ia tidak hanya mencakup pelajaran yang diajarkan di sekolah dan perguruan tinggi, tetapi ia juga meliputi pengetahuan tentang bagaimana menjalani kehidupan dan bergaul sesama manusia. Ilmu juga memiliki arti kreativitas dan inovasi. Ringkasnya orang yang berilmu tidak hanya bisa diukur dari gelar, jabatan, dan pangkat yang ia miliki, tetapi bagaimana ia menjalani kehidupan, bergaul dengan sesama, dan berkreasi dalam hidupnya

Amal

Memiliki ilmu tidaklah cukup jika itu hanya ber-implikasi secara personal. Ilmu hanya akan bertambah dan berguna, jika ia diamalkan dan memiliki implikasi ganda bagi diri sendiri dan bagi masyarakat luas. Mengamalkan ilmu pun tidak bisa disempitkan pada hanya sebatas mengajarkan ilmu atau pengetahuan yang kita miliki, tetapi juga memberi dan berbagi kepada yang membutuhkan.

Akhlak

Kedua faktor di atas tidak akan memiliki arti apa-apa, jika tidak dibarengi dengan akhlak (budi pekerti) yang baik. Karena sesungguhnya dengan teladan inilah rasulullah Saw mampu menyiarkan dan membangun kejayaan Islam. Dalam buku Tarbiyah Wa Ta'lim disebutkan bahwa sesungguhnya puncak dari usaha memberantas kebodohan adalah pembenahan akhlak dan moralilas masyarakat, karena itulah hikmah dari diturunkannya Nabi kita Muhammad Saw. "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan budi pekerti"

Wallahu 'a/am bishawab

Label:


Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]





<< Beranda

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Berlangganan Postingan [Atom]